ARTIKEL EKONOMI DAN BISNIS
PASAR
TEMBAKAU MAKIN MENYUSUT
JAKARTA, KOMPAS.com -
Pasar tembakau nasional kian menyusut. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia
(APTI) memprediksi penurunan permintaan bahan baku daun tembakau diprediksi
bisa mencapai 3 persen hingga 30 persen. Angka tersebut dipatok dari penurunan
jumlah konsumsi rokok setiap negara.
Budidoyo, Sekjen Dewan
Pimpinan Nasional (DPN) APTI mengatakan, penurunan permintaan bahan baku
tembakau diprediksi sejalan dengan penurunan konsumsi rokok yang terjadi di
negara yang menandatangani FCTC. Padahal saat ini, petani tembakau tanah air
tengah menikmati harga tembakau yang tinggi.
Ia mengatakan, saat ini
hampir di seluruh negara dunia mengalami penurunan konsumsi rokok sebesar 3
persen. Nah, Australia menjadi negara yang paling tinggi penurunan kebiasaan
merokok yang mencapai 30 persen. Sebab, Australia tidak menanam tembakau plus tidak
ada pabrik rokok.
Kebijakan Australia
dengan menerapkan kemasan polos rokok atau plain packaging sejak tahun 2012
membuat petani tembakau tidak bersemangat untuk menanam tembakau.
Padahal permintaan akan
tembakau dalam negeri juga tinggi. Buktinya, dari kebutuhan tembakau nasional
320.000 ton yang mampu diproduksi dalam negeri sebanyak 220.000 ton. Sisanya
sebesar 100.000 ton harus didatangkan dengan impor. Nah, kondisi ini
dikhawatirkan memicu kian derasnya impor tembakau.
Sementara ekspor
tembakau sejak tahun 2011 terus mengalami kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat nilai ekspor tahun 2011 mencapai 710,1 juta dollar AS. Lalu pada 2012
naik menjadi 794,2 juta dollar AS dan ditahun 2013 mencapai 931,4 juta dollar
AS.
"Kami khawatir
plain packaging di beberapa negara akan berdampak negara lain. Sehingga ekspor
juga mengalami penurunan," kata Budidoyo pada Kamis (6/11/2014). (Mona
Tobing)
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Sumber : Kontan
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar