Jumat, 07 November 2014

TUGAS KE 1


ARTIKEL EKONOMI DAN BISNIS

PASAR TEMBAKAU MAKIN MENYUSUT


JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar tembakau nasional kian menyusut. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) memprediksi penurunan permintaan bahan baku daun tembakau diprediksi bisa mencapai 3 persen hingga 30 persen. Angka tersebut dipatok dari penurunan jumlah konsumsi rokok setiap negara.

Budidoyo, Sekjen Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTI mengatakan, penurunan permintaan bahan baku tembakau diprediksi sejalan dengan penurunan konsumsi rokok yang terjadi di negara yang menandatangani FCTC. Padahal saat ini, petani tembakau tanah air tengah menikmati harga tembakau yang tinggi.

Ia mengatakan, saat ini hampir di seluruh negara dunia mengalami penurunan konsumsi rokok sebesar 3 persen. Nah, Australia menjadi negara yang paling tinggi penurunan kebiasaan merokok yang mencapai 30 persen. Sebab, Australia tidak menanam tembakau plus tidak ada pabrik rokok.

Kebijakan Australia dengan menerapkan kemasan polos rokok atau plain packaging sejak tahun 2012 membuat petani tembakau tidak bersemangat untuk menanam tembakau.

Padahal permintaan akan tembakau dalam negeri juga tinggi. Buktinya, dari kebutuhan tembakau nasional 320.000 ton yang mampu diproduksi dalam negeri sebanyak 220.000 ton. Sisanya sebesar 100.000 ton harus didatangkan dengan impor. Nah, kondisi ini dikhawatirkan memicu kian derasnya impor tembakau.

Sementara ekspor tembakau sejak tahun 2011 terus mengalami kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor tahun 2011 mencapai 710,1 juta dollar AS. Lalu pada 2012 naik menjadi 794,2 juta dollar AS dan ditahun 2013 mencapai 931,4 juta dollar AS.

"Kami khawatir plain packaging di beberapa negara akan berdampak negara lain. Sehingga ekspor juga mengalami penurunan," kata Budidoyo pada Kamis (6/11/2014). (Mona Tobing)


Editor              : Bambang Priyo Jatmiko
Sumber            : Kontan



SUMBER :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar