CONTOH
KASUS ETIKA UTILITARIANISME
1.
sistem produksi makanan ringan biskuit
Oreo. Seperti yang telah diketahui bahwa produk makanan ini merupakan makanan
ringan yang sangat digemari oleh masyarakat terlebih anak-anak. Produk makanan
ini dapat dikatakan produk yang harganya terjangkau bagi masyarakat.
Menurut
pengamatan saya, pada awal produksinya berjalan dengan baik dan sesuai uji
kesehatan dan gizi makanan. Namun, belakangan ini terdengar bahwa ada
penyelewenangan terhadap bahan baku digunakan yang sangat merugikan masyarakat.
Hal ini terjadi dengan alasan adanya krisis ekonomi global yang mengakibatkan
bahan baku produksinya lebih mahal dan implikasinya ke profit yang diinginkan
manajemen produk makanan Oreo tersebut menurun. Sehingga mereka ingin mengurangi
biaya produksi dengan menggunakan bahan baku yang tidak semestinya. Yang
mengakibatkan adanya dampak medis dan kerugian material bagi konsumen.
Sesuai
dengan teori utilitarianisme menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan
pengambilan keputusan ini perlu dievalusi menjadi tindakan yang “benar”.
Sehingga keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar harus dilakukan
dengan produksi yang benar sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat
mengembalikan nama baik perusahaan ke konsumen.
2.
PT Freeport Indonesia sangat tidak etis
dimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang
diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain.
Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas
terbaik di dunia. Dari pembahasan dalam sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT
Freeport Indonesia telah melanggar etika bisnis dimana, upah yang dibayar
kepada para pekerja dianggap tidak layak dan juga telah melanggar UU Nomor
11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah diubah dengan
UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Karena PT FI berizin penambangan tembaga,
namun mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium.
Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F.,
et.al., 2006). Sebaiknya pemerintah Indonesia, dalam
hal ini menteri ESDM, melakukan renegosiasi ulang terhadap PT FI. Karena begitu
banyak SDA yang ada di Papua ,tetapi masyarakat papua khususnya dan Negara
Indonesia tidak menikmati hasil dari kekayaan alam yang ada di papua. Justru
Amerika lah yang mendapat untung dari kekayaan alam yang ada di papua. Atau
kalau tidak dapat di negosiasi ulang dan hak para pekerja tidak terpenuhi,
lebih baik pemerintah menasionalisasi PT FI supaya masyarakat papua khususnya
dan Indonesia dapat menikmati SDA yang ada di bumi Indonesia.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar